Gue percaya kalo jodoh ada di tangan Tuhan. Gue percaya
siapapun nanti yang jadi pendamping hidup gue adalah jodoh gue, dan jodoh
adalah takdir yang diberikan oleh Tuhan.
Seberapapun kita setia sebagaimanapun kita mempertahankan seseorang yang kita
cinta, tapi pada akhirnya kita tetap pisah berarti dia bukanlah jodoh yang
ditakdirkan oleh Tuhan untuk kita. Karena suatu hari kita pasti akan menemukan
seseorang yang Tuhan kirimkan sebagai pendamping hidup kita.
Di keluarga gue – yang gue tahu – ada
dua orang yang pernah mengalami hal serupa tentang perpisahan padahal sebentar
lagi mereka menikah.
Yang pertama mengalaminya adalah tante
gue. Tante gue pacaran sama temen kampusnya dari awal semester dua. Kalo gak
salah, dia pacaran sama kakak tingkatnya. Akhirnya mereka lulus kuliah dan
bekerja di perusahaan yang berbeda. Mereka udah pacaran sekitar 4 tahun lebih
terus akhirnya mereka tunangan. Tante gue bahagia banget. Dia bilang ke semua
orang kalo sebentar lagi dia mau nikah sama laki-laki itu. Tunangannya udah
deket sama keluarga. Deket banget sama gue. Gue manggil dia om dan sudah
seperti layaknya om sendiri, gue manja-manjaan sama dia. Namanya Om Ading.
Keluarga si laki-laki ini keturunan
Arab. Saat itu tanggal pernikahan sudah ditetapkan. Sebentar lagi mau nyetak
undangan. Hari itu, tante gue datang ke rumah Om Ading. Niatnya sih maen. Gue
gak tau kejadiannya kaya gimana, yang jelas saat itu tante gue secara gak
sengaja mendengar percakapan Om Ading dan ayahnya. Tante gue denger jelas kalo
ayahnya nyuruh Om Ading untuk menikahi wanita pilihannya setelah menikahi tante
gue. Ya, Om Ading disuruh poligami. Tante gue kaget bukan main, dan Om Ading
akhirnya tau kalo tante gue secara gak sengaja denger percakapan mereka. Tante
gue pulang sambil nangis. Pulang ke rumah, dia langsung masuk kamar.
Keluarga akhirnya tahu kejadiannya
dari mulut tante gue. Terus Om Ading datang ke rumah. Dia minta maaf. Dia
bilang dia tetap mau menikahi tante gue, tapi dia juga gak bisa nolak perintah
ayahnya. Dia bilang, dia takut dianggap anak durhaka.
Tante gue gak terima. Dia bilang, dia
gak mau dimadu. Dia bilang, belum nikah aja udah ada rencana dimadu, gimana
kalo nikah? Terus mereka berdua berdebat. Pada akhirnya keputusannya adalah
tante gue merelakan Om Ading dengan wanita lain. Ya, mereka memutuskan
pertunangan mereka.
“Maaf, kita gak
jadi nikah…” itu kata-kata Om Ading
untuk tante gue. Tante gue terima walau kami sekeluarga tahu hatinya sakit
banget. Tapi dia coba bangkit.
Gak berapa lama, Om Ading nikah sama
wanita pilihan ayahnya. Tante gue datang. Dengan sangat cantik dan anggun, dia
datang ke altar pernikahan menyalami kedua pengantin. Menyalami wanita itu dan
Om Ading. Saat itu, gue juga datang. Gue lihat gimana kuatnya tante gue terima
kenyataan. Gue lihat gimana raut wajahnya Om Ading yang sebenernya gak bisa
terima kenyataan. Dia-menikahi-wanita-yang-tidak-ia-cintai. Tetapi wanita yang
ia cintai justru datang saat pernikahannya. Ia terluka karena wanita yang ia
cintai begitu kuat tanpanya.
Tante gue bangkit walau belum
seutuhnya bangkit. Lalu datang seseorang yang menawarkan cinta padanya. Teman kantor.
Mereka mulai pacaran dan akhirnya menikah hingga saat ini. Sekarang tante gue
punya 3 anak yang lucu-lucu. Ya, walaupun pernikahannya tidak selancar ring ice
skating. Banyak banget lika-likunya.
Saat pernikahan tante gue, Om Ading
gak datang, yang datang adeknya. Adeknya bilang, Om Ading udah siap-siap pake
jas dan mau berangkat bareng adeknya, tapi istrinya ngunciin dia. Istrinya
cemburu banget sama tante gue karena dia tahu Om Ading masih sayang banget sama
tante gue. Kata adeknya, pernikahan Om Ading sedikit kacau karena rasa cinta
itu susah muncul diantara keduanya. Ya, namanya juga dijodohin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar