Kamis, 02 Agustus 2012

Nadhira Nisa Olivia


Nama yang sangat indah, sama seperti wajahnya yang cantik dan senyumnya yang manis. Nama kecilnya adalah Dhira.

Dhira adalah anak pertama dari dua bersaudara. Sebenarnya dia anak ketiga dari lima bersaudara, tapi sayang, kakak dan adiknya telah pergi diambil oleh Tuhan.

Aku mengenal Dhira dari kecil, dia temen sepermainanku. Kami pun masuk taman kanak-kanak yang sama. Selalu aku ingat saat itu aku dimusuhi teman sekelasku, bekalku ditumpahkan oleh mereka, lalu Dhira datang memunguti makananku yang sudah jatuh. Kami sama-sama membuangnya. Dia menepuk pundakku dan mengatakan “Jangan nangis, Syifa...” Aku tenang bersamanya.

Saat itu hari Kartini, aku dan Dhira tidak ikut memakai baju adat dan berkeliling, tapi saat pembagian hadiah, aku dan dia berlari ke sekolah TK kami untuk mengambil hadiah kami. Itu terakhir kalinya aku berlari bersamanya.

Dhira jatuh sakit, polio. Kaki dan tangannya mengecil. Tubuhnya juga semakin kurus. Dia bilang sakit rasanya, tapi saat itu aku tidak mengerti. Aku mengajaknya bermain sepeda roda tiga, tapi dia bilang dia sudah susah berjalan, aku marah karna aku pikir dia tidak mau bermain denganku.

Awalnya memang susah berjalan, lalu kemudian Dhira berjalan merayap dengan memegang benda-benda apapun di sampingnya untuk menjaga keseimbangannya, lalu Dhira hanya bisa berjalan mengesot saja, kemudian akhirnya kemanapun ia akan pergi harus digendong. Aku yang memang tidak mengerti hanya berpikir bahwa Dhira sakit dan besok pasti sembuh dan akan bermain lagi denganku. Lambat laun aku mengerti, ia telah lumpuh. Segala macam pengobatan telah ia jalani. Terapi, pijat, obat-obat herbal, semuanya nihil, dia tetap tidak lagi bisa berjalan.

Aku selalu datang ke rumahnya setiap hari bila ingin bermain bersamanya atau ia digendong ke rumahku bila ingin bermain bersamaku. Setiap hari kami habiskan waktu bersama. Dari masa sekolah dasar hingga masa SMA. Dari perbincangan soal guru dan teman sekelas hingga cinta. Semua rahasiaku ada padanya, semua rahasianya ada padaku. Lalu kami sama-sama mengikrarkan bahwa “kami sahabat selamanya”.

Masih aku ingat saat bulan puasa dulu, kami membuat sebuah game acak kata yang kami beri nama “nadsyif” hahaha itu adalah hal terkonyol! Karena kami membuat lembar teka-teki lalu menjualnya ke anak-anak komplek perumahan kami. Lalu kami menggabungkan uang kami untuk berjualan es! Dan laku! Hahaha itu lucu banget karena kami jadi terkenal seantro komplek! Even though cuma aku yang jual keliling dan dia hanya di rumahnya menunggu, tapi aku tetap senang melakukannya.

Dhira pernah sakit parah saat kelas 2 SMP, namun aku selalu berpikir bahwa dia pasti sembuh. Aku datang ke rumah sakit menceritakan banyak hal untuk menghiburnya. Aku selalu bilang, “Cepet sembuh, ya biar kita bisa ngegosip lagi.” Terus aku peluk dia kenceng, “Jangan tinggalin aku, ya…”

Aku tahu Dhira mau nangis, tapi aku bilang ke dia kalau dia gak boleh nangis dan dia harus kuat. Dia selalu bilang sama Mamanya kalau dia sudah tidak kuat menahan sakit. Aku tahu semua itu sangat menyakitkan, tapi dia coba terus bertahan.

Lulus SMP, Dhira masuk SMA favorit, tapi dia tidak mengambilnya karena dia lelah untuk duduk berlama-lama. Punggungnya sudah tidak sekuat dulu. Ya, dia berhenti sekolah. Aku tidak peduli dengan omongan miring mengenai dia yang berhenti sekolah karena aku tahu otaknya begitu pintar walau tubuhnya tak sehebat otaknya.

Setiap hari selalu aku datang ke rumahnya, namun saat kelas 2 SMA aku mulai banyak kegiatan dan sehabis pulang sekolah pasti di rumah karena kelelahan. Dhira mulai terlupakan.

Dhira sakit keras. Lagi. Aku pikir sebentar lagi juga dia sehat, tapi salah karena sakitnya semakin parah. Ia tidak sadarkan diri, ia pun dilarikan ke rumah sakit.

Dua minggu di rumah sakit, aku tak kunjung menengok. Aku merasa bersalah, maka dari itu aku membelikannya boneka Snoopy (tokoh kartun kesukaannya) sebagai permintaan maaf.

Dua hari setelah kedatanganku, tepatnya tanggal 30 November 2008,  ia pergi untuk selamanya. Aku terpukul. Sangat terpukul. Saat tubuhnya telah kaku, aku hanya bisa meratap. Aku terdiam cukup lama melihat sosoknya yang telah dibungkus kain kafan. Sahabatku telah pergi.

Saat pemakaman berlangsung, rasanya aku ingin menguburkan diriku bersamanya. Tangisku tak terisak, tapi dada ini sungguh sesak. Setelah dari pemakaman, aku pulang. Di dalam kamar aku terdiam. Lalu aku ingat sosoknya. Aku menangis lantang. Lama dan panjang. Aku teriak menyesali semuanya. Bagaimanapun aku memohon untuk Dhira kembali pasti tidak bisa karena Dhira telah pergi selamanya. Di alam yang abadi.



hanya foto ini yang tersisa untuk mengenangmu untuk selalu mengingatmu

Aku menyesali semuanya. Menyesali kebodohanku karena tak ada untuknya saat masa-masa kritis. Dan aku tak ada di sampingnya saat napasnya berhembus untuk terakhir kalinya. Aku merindukanmu, Nadhira Nisa Olivia.

Selamat ulang tahun yang ke-20. Semoga kini dan sampai kapan pun kamu tetap bahagia… di surga.

Senin, 30 Juli 2012

"Maaf, kita gak jadi nikah..." (part 2)


          Yang kedua, Om gue. Om gue ini adalah adek dari tante gue yang gue ceritain sebelumnya. Cerita mereka gak jauh beda pada akhirnya, tapi alurnya yang sedikit berbeda. Om gue pacaran sama cewek dari kelas satu SMA. Akhirnya mereka berdua lulus dan kuliah di universitas swasta yang berbeda. Cewek itu namanya Enggar. Dia juga udah deket banget sama keluarga, semua keponakan om gue manggil dia Tante Enggar. Gue juga udah deket banget sama dia karena gue yang sering main ke rumah nenek dan kalo main pasti ada mereka. Mereka selalu bilang bahwa mereka pacaran serius dan mau menikah suatu hari nanti.

          Tante Enggar lulus lebih dulu dari universitasnya dan bekerja di perusahaan yang sama dengan tante gue. Tante gue yang rekomendasiin dia di perusahaannya. Sedangkan om gue masih berstatus mahasiswa. Dia sering sibuk kegiatan kampus. Dia anak band kampus, dia anak pecinta alam, pokoknya dia super sibuk di kampus. Itu yang kadang ngebuat dia keteteran sama tugas kuliahnya. Dia ambil jurusan arsitek. Kuliah yang keteteran menjadikan dia tidak lulus tepat waktu dan tidak bisa lulus bersama kekasihnya. Itu yang buat tante Enggar sedikit kesal.

          Om gue akhirnya lulus kuliah, tapi dia belom dapet kerjaan. Dari satu perusahaan ke perusahaan lain dia ngelamar jadi arsitek, tapi hasilnya nihil. Tante Enggar terus nuntut, dia bilang kalo om gue harus cepet-cepet dapet kerja terusnya ngelamar dia.

          Saat om gue lagi getol-getolnya nyari kerja, Tante Enggar bawa kabar buruk atau lebih tepatnya kabar bahagia bagi Tante Enggar. Dia dilamar orang lain. Keluarganya setuju dan Tante Enggar pun mau. Om gue meradang karena saat itu dia lagi berusaha buat wanitanya tapi kenyataannya wanitanya pergi dari dia.

“Maaf, kita gak jadi nikah…” itu kata-kata pahit yang om gue dengar dari mulut wanita yang paling ia cintai. Om gue jadi kacau.

          Om gue gak mau keluar kamar sampe pernikahan Tante Enggar. Keluarga gue datang ke pernikahannya, tapi om gue gak. Dia tidak cukup kuat untuk menghadapi kenyataan. Dia tidak cukup kuat untuk memberi selamat kepada Tante Enggar dan suaminya. Dia tidak cukup kuat melihat wanita yang dicintainya menikah dengan orang lain. Dia selalu bilang sama nenek gue, “Harusnya Dedi yang nikahin Enggar, Ma…” Terus nenek gue hanya bisa mengatakan sabar kepada om gue dan mengatakan bahwa suatu hari nanti om gue pasti menikahi seseorang yang jauh lebih baik dari Tante Enggar.

          Dalam keadaan terdesak, om gue banting stir jadi fotografer. Dia mau buktiin sama Tante Enggar bahwa dia bisa dapat pekerjaan yang lebih baik dan dia mau buktiin bahwa dia bisa bangkit. Om gue sukses dengan pekerjaannya. Hingga kini, dia tetap jadi fotografer, dan sekarang sudah jadi fotografer profesional. Percintaan om gue emang gak baik setelah ditinggal Tante Enggar. Lama dia bangkit dari rasa sakit yang dulu.

          Rasa sakit itu terus menggrogotinya karena Tante Enggar sering datang ke rumah saat awal-awal menikah dan punya anak. Niat dia baik mau silaturahmi dengan keluarga gue. Dia juga mau lihat dan mau tahu kabar om gue langsung. Sayang, setiap Tante Enggar datang, om gue pasti selalu pergi karena dia gak mau membuka luka lama.

          Sekarang om gue udah nikah. Udah punya satu anak. Anaknya lucu banget mirip dia. Kelihatannya dia bahagia dengan istri dan anaknya. Tapi kalo gue lihat, rasa cintanya masih terlalu dalam untuk Tante Enggar. Begitupun tante gue, gue tahu dia masih sayang banget sama Om Ading. Dia sempet minta boneka yang Om Ading kasih ke gue, tapi nyokap gue selalu ngelarang karena nyokap gue bilang tante gue harus lupain Om Ading.

          Ya, om dan tante gue memiliki kisahnya sendiri. Walau mereka masih sayang sama kekasihnya yang hampir menikah dengan mereka, tapi kini mereka punya kehidupan. Mereka menikah dengan seseorang yang dikirim Tuhan untuk mereka. Bukti bahwa jodoh mereka ada di tangan Tuhan adalah dengan semua kejadian itu dan anak-anak mereka sekarang. Ya, anak-anak mereka adalah bukti cinta kasih mereka kepada pasangan mereka kini.

          Gue pun punya cerita seperti mereka. Pacaran 2 setengah tahun tapi nyatanya putus di tengah jalan. Janji mau nikah tapi kenyataannya sekarang aja udah jalan masing-masing. See? Jodoh ada di tangan Tuhan. Gue udah bangkit karena gue pikir yaudah. Yaudah ternyata dia bukan jodoh gue. Siapapun seseorang yang nikah sama gue dan bagaimanapun dia nanti yang penting satu DIA ADALAH JODOH YANG DIBERIKAH TUHAN UNTUK GUE. Gue yakin suatu saat gue bakal nemuin kebahagian itu. I will find my own happiness.

          Saat ini gue lagi menyusuri jalan yang berliku. Gue lagi nyari cahaya di ujung jalan. Kalo jalannya luruuuuuuussss terus, bakal ngebosenin! Mangkanya gue lagi dihadapi sama jalan yang berliku oleh Tuhan karena Tuhan sayang sama gue. Tuhan sedang menunjukkan bahwa hidup dan cinta tidak selamanya bahagia. :) 

Sabtu, 28 Juli 2012

"Maaf, kita gak jadi nikah..." (part 1)


          Gue percaya kalo jodoh ada di tangan Tuhan. Gue percaya siapapun nanti yang jadi pendamping hidup gue adalah jodoh gue, dan jodoh adalah takdir yang diberikan oleh Tuhan. Seberapapun kita setia sebagaimanapun kita mempertahankan seseorang yang kita cinta, tapi pada akhirnya kita tetap pisah berarti dia bukanlah jodoh yang ditakdirkan oleh Tuhan untuk kita. Karena suatu hari kita pasti akan menemukan seseorang yang Tuhan kirimkan sebagai pendamping hidup kita.

          Di keluarga gue – yang gue tahu – ada dua orang yang pernah mengalami hal serupa tentang perpisahan padahal sebentar lagi mereka menikah.

          Yang pertama mengalaminya adalah tante gue. Tante gue pacaran sama temen kampusnya dari awal semester dua. Kalo gak salah, dia pacaran sama kakak tingkatnya. Akhirnya mereka lulus kuliah dan bekerja di perusahaan yang berbeda. Mereka udah pacaran sekitar 4 tahun lebih terus akhirnya mereka tunangan. Tante gue bahagia banget. Dia bilang ke semua orang kalo sebentar lagi dia mau nikah sama laki-laki itu. Tunangannya udah deket sama keluarga. Deket banget sama gue. Gue manggil dia om dan sudah seperti layaknya om sendiri, gue manja-manjaan sama dia. Namanya Om Ading.

          Keluarga si laki-laki ini keturunan Arab. Saat itu tanggal pernikahan sudah ditetapkan. Sebentar lagi mau nyetak undangan. Hari itu, tante gue datang ke rumah Om Ading. Niatnya sih maen. Gue gak tau kejadiannya kaya gimana, yang jelas saat itu tante gue secara gak sengaja mendengar percakapan Om Ading dan ayahnya. Tante gue denger jelas kalo ayahnya nyuruh Om Ading untuk menikahi wanita pilihannya setelah menikahi tante gue. Ya, Om Ading disuruh poligami. Tante gue kaget bukan main, dan Om Ading akhirnya tau kalo tante gue secara gak sengaja denger percakapan mereka. Tante gue pulang sambil nangis. Pulang ke rumah, dia langsung masuk kamar.

          Keluarga akhirnya tahu kejadiannya dari mulut tante gue. Terus Om Ading datang ke rumah. Dia minta maaf. Dia bilang dia tetap mau menikahi tante gue, tapi dia juga gak bisa nolak perintah ayahnya. Dia bilang, dia takut dianggap anak durhaka.

          Tante gue gak terima. Dia bilang, dia gak mau dimadu. Dia bilang, belum nikah aja udah ada rencana dimadu, gimana kalo nikah? Terus mereka berdua berdebat. Pada akhirnya keputusannya adalah tante gue merelakan Om Ading dengan wanita lain. Ya, mereka memutuskan pertunangan mereka.

“Maaf, kita gak jadi nikah…” itu kata-kata Om Ading untuk tante gue. Tante gue terima walau kami sekeluarga tahu hatinya sakit banget. Tapi dia coba bangkit.

          Gak berapa lama, Om Ading nikah sama wanita pilihan ayahnya. Tante gue datang. Dengan sangat cantik dan anggun, dia datang ke altar pernikahan menyalami kedua pengantin. Menyalami wanita itu dan Om Ading. Saat itu, gue juga datang. Gue lihat gimana kuatnya tante gue terima kenyataan. Gue lihat gimana raut wajahnya Om Ading yang sebenernya gak bisa terima kenyataan. Dia-menikahi-wanita-yang-tidak-ia-cintai. Tetapi wanita yang ia cintai justru datang saat pernikahannya. Ia terluka karena wanita yang ia cintai begitu kuat tanpanya.

          Tante gue bangkit walau belum seutuhnya bangkit. Lalu datang seseorang yang menawarkan cinta padanya. Teman kantor. Mereka mulai pacaran dan akhirnya menikah hingga saat ini. Sekarang tante gue punya 3 anak yang lucu-lucu. Ya, walaupun pernikahannya tidak selancar ring ice skating. Banyak banget lika-likunya.

          Saat pernikahan tante gue, Om Ading gak datang, yang datang adeknya. Adeknya bilang, Om Ading udah siap-siap pake jas dan mau berangkat bareng adeknya, tapi istrinya ngunciin dia. Istrinya cemburu banget sama tante gue karena dia tahu Om Ading masih sayang banget sama tante gue. Kata adeknya, pernikahan Om Ading sedikit kacau karena rasa cinta itu susah muncul diantara keduanya. Ya, namanya juga dijodohin.

Kamis, 26 Juli 2012

Powerpuff Girls Jogja

Setahun di Jogja bikin gue gak betah terus karena belum punya temen-temen sealiran. Kerjaan gue bolak-balik Jakarta-Jogja tiap dua bulan sekali. Terus akhirnya gue nemuin keempat sosok wanita yang satu aliran sama gue. Awalnya cuma bertiga terus jadi berempat sekarang jadi berlima. Semua itu juga secara gak sengaja. Dan disini gue mau memperkenalkan geng baru gue yang bernama Powerpuff Girls.

and here we are

Sejarah Singkat:
Kami berlima ini satu fakultas di UGM. Awal kami kompak karena kami sama-sama menyukai seorang wanita cantik di fakultas kami. Setiap hari kami memuji kecantikan wanita itu. Sampai suatu hari, wanita itu memberikan anugerah terindah kepada kami, ia menyebut kami geng Powerpuff Girls! Dan dengan sangat mulia, kami menamainya Mojo Jojo. Jadilah nama Powerpuff Girls itu hingga sekarang. Kemana pun kita pergi bawaannya mau memuji kecantikan wanita itu karena cuma punya bahan pujian dia doang...

Kok namanya Powerpuff Girls? Kan kalian berlima, Powerpuff Girls cuma bertiga.
Sebenarnya  nama Powerpuff Girls diberikan wanita itu untuk gue, Dyasti, dan Kendong. Terusnya kalo kita pergi kemanaaaaa aja pasti ujung-ujungnya yang bisa ikut cuma bertiga. Misal: gue, Kendong, Dyasti;  Martha, Dyasti, gue; Aim, Kendong, Dyasti; Kendong, gue, Martha. Ada aja halangan buat berlima. Jarang banget ngumpul berlima. Maka dari itu kami tetap meng-keep kalo kami ini Powerpuff Girls.

Anggota Powerpuff Girls:

Chipu (gue, aku, saya, abdi, beta, kulo)

Nama panjang Fadyah Syifa Hasbiah, tapi diakte kelahiran Fadyah Syiva Hasbiah karena Pak RT salah nulis. Hobinya joget! Mau modern kek mau tradisional kek yang penting joget! Kalo sedih pasti langsung joget! Sukaaaaa BANGET sama monyet karena pernah dua kali punya monyet :3 dan bersahabat dengan monyet :3 berbagi ruang dengan monyet :3 sampe-sampe rebutan makanan sama monyet :"3


Dias

Nama panjangnya Dyasti Wulandari Putri Al-Kahfi, panggilannya bisa Dias, Dyas, Dyasti, atau Asih. Karena dia maunya dipanggil Dyas Mirasih tapi berhubung terlalu mirip sama Tyas Mirasih, gaenakan jadinya yaaa dipanggil Asih aja deh...
Awal kenal itu semester satu karena satu kelas dan sama-sama dari Jakarta. Udah kaya anak kembar dempet! Kemana-mana berdua sama dia, bolos juga janjian, atau kalo gue bolos dia yang tanda tanganin gue, begitu pun sebaliknya. Nah gue baru dapet temen yang bener-bener sehati ya dia doang dari semester satu sampe semester dua. Dyasti dan gue sama-sama menyimpan rahasia masing-masing. Semua rahasia hidup gue ada di dia dan semua rahasia hidup dia ada di gue. Gue udah anggap dia sodara banget karena dia bisa jadi kakak dan adek bagi hidup gue yang bisa menjaga gue dan gue jaga.

Kendong

Nama panjanganya Kendyda. Yup, her full name just K-E-N-D-Y-D-A. "Gak pake doang, gak pake aja." Itu kata-kata yang sering dia ucapin. Panggilan EKSISnya di kampus itu Kendong. Kalo di rumah dipanggil Dynda. Gatau kenapa dia terobsesi banget punya nama panjang Kendyda Dynda. Kadang dipanggil Kendy tapi orang kalo gakenal dia bakal nulis nama dia Candy -____-"
Awal kenal sama Kendong itu karena... perlu dibold nih kata-katanya! Karenaaaaa LAHIRNYA SAMA KAYA GUE! Yoi, gue sama dia sama-sama kelahiran Jakarta, 4 Januari 1993. W-O-W banget kan? Jadi sebenernya ceritanya lucu. Waktu itu Aim masang PM ultah gue sama Kendong. Gue tanya sama dia Kendong itu siapa terus dia jelasin. Dan ternyata dari Uzbek! Uzzzzzbekasi. Nah semester 3 baru deh gue kenalan sama Kendong dikenalin Dyasti. Dan ternyata dia juga udah tau gue itu lahirnya sama kaya dia. Sekarang kalo gue ngebolang seringnya sama Kendong. Jadi model dadakan juga berdua sama dia.
Karena ada Kendong, jadilah gue, Dyasti, dan Kendong ngegaul keliling Jogja bertiga dan terciptalah Powerpuff Girls karena bibir nyirnyir kami memuji si Mojo Jojo akhirnya diberi nama Powerpuff Girls oleh sang Mojo Jojo.

Aim

Nama panjangnya Mardias Sabil Haq. Panggilannya itu Dias, Sabil, dan sekarang lagi ngetrend dipanggil Aim atau Aims. Karena tingkahnya yang kaya bocah plus dia sering ngomong gini, "Ya Allah, tolong Aim, ya Allah." Lihat saja foto-foto yang dia punya, gayanya rata-rata kaya bocah! See? Foto yang gue pajang adalah hasil jepretan gue. Gue bilang, "Aim gaya!" dan inilah gaya dia -___-"
Awal kenal tuh semester satu karena sekelas matkul bahasa Inggris. Kelas N :") iya, kita berdua sama-sama pinter bahasa bule :") Gue deket sama Aim di kelas bahasa Inggris karena sama-sama dari Jakarta juga.
Nah tadinya kan PPG (Powerpuff Girls) bertiga tapi karena Aim temen gue, temen deket Dyasti, dan sahabat karibnya Kendong, bergabunglah Aim di PPG. Kalo ada Aim, biasanya gue yang gabisa ikut gaul. Kalo ada gue, Aim yang gabisa ikut gaul. Jadi ya kemana-mana tetep bertiga doangan layaknya PPG (Blossom, Bubbles, Buttercup).

Martha

Inilah anggota terakhir PPG. Nama panjangnya Martha Lusiana. Sebelum kuliah dipanggilnya Lusi, tapi kata dia, "Rempong dipanggil Lusi, mending nama depan sekalian." Jadi dipanggilah dia Martha. Paling gedeg dipanggil Mar karena "Emang gue Marimar?!"
Awal kenal karena sama-sama sekelas Sastra Indonesia. Mulai deket sama Martha itu pas semester dua. Dan kebetulan gue, dia, dan Dyasti sekelas dan kami adalah geng sampah di kelas. Kenapa geng sampah? Karena kerjaannya kalo pembagian kelompok pasti milih orang pinter terus gamau sekelompok karena yang ada sama-sama nyampah, gabisa mikir! Yang ada ngegosip!
Martha bergabung di PPG berkat Dyasti. Semenjak gue kemana-mana sama Kendong, Dyasti pun kemana-mana sama Martha. Akhirnya daripada rempong masuklah Martha digrup PPG pecinta Mojo Jojo. Martha ini asalnya dari Lampung, dan gue baru tau ternyata orang Lampung ngomongnya Gue-Elu juga!


**Setelah geng Powerpuff Girls ini ditetapkan, maka kami pun terkenal di kampus. Makin eksis! Eksis nyampah dengan bahak-bahakan kami yang menggema. Kalo udah kumpul berlima tuh rasanya kampus milik berlima! Semua mata menyorot pada PPG saat PPG ngegosip dengan suara lantang.

Dengan adanya mereka berempat, hidup gue di Jogja jadi lebih berwarna. Semester 4 kemaren, baru pertama kali gue bener-bener gak balik ke Jakarta selama satu semester! MUKJIZAT! Berkat mereka, saat gue putus gue gak galau-galau amat. Pokoknya Powerpuff Girls lah yang membuat gue lebih hidup di perantauan. Kalo gak ada mereka mungkin gue udah pindah kuliah karena gak tahan di Jogja hehe

Gue harap persahabatan ini selamanya. Kami berlima sih udah ada rencana mau hamil bareng-bareng kalo udah pada nikah nanti. Mau anak ke berapa kek yang penting hamilnya bareng! Jadi suatu hari nanti kita bisa sama-sama mengantarkan anak kami ke sebuah sekolah yang sama. Itu mimpi kami. Mimpi indah kami. :)


Selasa, 24 Juli 2012

LABIL!

Mau curhat aja sih sebenernya.. mmmmmmm... GUA GEDEG BANGET sama cowok yang 3 tahun gue sayang ituuuuuu!

Tau kenapa gua gedeg? Udah 4hari dia nyuekin gua! Dia bilang sibuklah apalah Rrrrrrr
Okeh gue harus selalu kudu wajib musti ngerti dia banget.. BANGET!

Kemaren dia bilang dia terima gue apa adanya dengan masa lalu yang gue punya. Ya gue cerita tentang masa lalu gue, eh dia nyesel (sepertinya) terus mulai jutekin gue (lagi). Yaaaa sebelumnya dia pernah jutekin gue terus yaudah gue diemin terus dia nyariin gue lagi.

Kalo ketemu dia selalu bilang, "Gua tuh kangen banget sama lo, pu.. Kangen banget-bangetaaaannn!" terus dia ngusep-ngusep kepala gue, bilang sayang, meluk gue kenceng, ya terus layaknya orang pacaran. Tapi pas gaketemu? Hell yeah, gue bilang kangen aja cuma ditanggepin "Hooo iaia" njiiiirr!

LABIL! Laki-laki yang gue sayang selama 3 tahun ini ternyata sangat amat labil dan seperti anak kecil! AAAARRRRGGGHHH BUNUH GUAAAAAA!!!!

Gini ya, sayang... Gue sayaaaaaang BANGET sama lo. Tapi kalo lo giniin gue terus, lama-lama gue pergi lho... Okeh,gue janji sama lo hati gue cuma buat lo. Tapi apa? Apa hati lo tetep buat gue?

Gue tanya sama dia, kenapa kita gak pacaran? Dia bilang dia takut sama masa depan. (Hah? Maksudnya apa?) terus gue pura-pura ngerti aja iya-iyain. Soalnya saat itu lagi di mobil gue lagi nangis dan pikiran gue lagi melayang-layang jadi ya gue iyain aja. Nyesel juga sih... harusnya gue tanya, "MAKSUDNYA APAAAAA?!!" sambil gue jedot-jedotin kepalanya ke stir!

Nih gue tuh posisinya lagi kaya gini:


Terus temen-temen gue bilang, "Udahlah diemin aja laki-laki kaya gitu!" iya gue mau diemin dia, masalahnya dia itu kalo didiemin bakal diemin balik! ASTAGFIRULLAH lagi puasa gedeg banget ini... air mana aiiiirrrr gue mau minuuuummm aus ngomongin diaaaaa!

Gini ya intinya... gue udah janji sama dia gamau khianatin dia. Dia juga janji gamau ninggalin gue. Terus karna gue tipe orang gak gampang obral janji, ya gue gamau khianatin dia. Tapi kalo lama-lama kaya gini hati gue sakit juga. Kalo lama-lama kaya gini lebih baik gue sama cowok lain dan biarlah dia pergi sama cewek lain.

Kalo dia maunya kita cuma "sahabat" yaudah... Toh kita pun gapernah jadian... Kalo dia mau gue jadi sahabatnya aja, satu yaaaa gue gamau dijutekin sama dia. Dia boleh anggep gue jadi tempat sampah curhatannya, gue juga boleh jadiin dia tempat sampah curhatan gue. Aih kesannya apaan ya tempat sampah?

Yaudahlah yaaaa..

Man, gue sayang sama lo. Itu yang harus lo tau. :)

Senin, 23 Juli 2012

Tragedi Kedai 24 Jam


Malem mingguan bertiga lagi sama dua anggota Powerpuffgirls :")
Keadaannya: gue (single), kendong (baru putus), dyasti (lagi marahan).

Terus ya daripada stress akhirnya tante-tante "dahaga" ini pergi nongkrong. Beuh namanya malem minggu, rame beud rameeee! Yaudah dapet deh tuh kita bangku tapi gak comfort. Pas ada sekumpulan anak-anak gaul jogja yang udahan, kita pindah ke pojokan yang ada casannya..

Emang dasar belagu, sok lagi banyak uang, etc lah akhirnya kita bertiga gak nanggung-nanggung buat mesen minuman sama makanan sampe bikin kita mual. Makanan ada yang gak abis pula! "Jadi pajangan aja biar keliatan banyak duit," gitu kata kendong. Hemooohhh..

Terus kita ngelawakin mantan atau cowok kita yang sekarang biar pada lupa sama yang namanya galau. Ngomongin mau bikin film dokumenterlah. Ngomongin mau ketemuan di Jakarta. Banyak. Intinya banyakan ngelawak ketawa-ketawa sampe mules!

ini lagi ngelawak

ini gue (okeh berminyak sangat) senyumnya lebar aja berkat dua makhluk yg menemani gue dan dipangkuan gue itulah malapetaka dimulai!


Lagi seru-serunya ketawa... PRANG!!! Gue mecahin asbak kaca dong .___. Jadi si kendong lagi ngelawak terus gue meluk bantal buluknya yang dia bawa-bawa ke tempat nongkrong. Gue mukul-mukulin dia pake tuh bantal eeeehhh kena asbak kaca! Lagian bete aja... kita bertiga udah berenti ngerokok, masih aje dikasih asbak. Duh sorry banget nih, udah tobat!

Semua yang ada di kedai24 langsung nengok ke arah kita dan semuanya nyorakin (termasuk yang di lantai 2)! Bayangiiiiiiinnnnn SEMUA lhoooo! Lantai 1 sampe lantai 2! Pada nengok semuaaaaa! BAYANGIIIIIIINNNNNNN!!!! *back sound sinetron*

Kita diem? Kita malu? Gaaaaaakkkk sama sekali! Kita bertiga malah ketawa makin kenceng ngakak-ngakak!! Terus mereka pun makin nyorakin kita, kita pun makin kenceng ngakaknya. Apalagi si Kendong! 

Mas penjaga kasirnya pun nyamperin kita. Mas-mas ganteng yang daritadi digodain kendong. Ya, mas-mas yang kita puja-puji itu dateng ke meja kita! Untuuuuukkk... ngasih tau kalo gue musti ganti rugi -___-"

Alhasil gue disuruh ganti kerugian yang terjadi. Ikhlas kok gue ikhlassss *liat dompet* *senyum iris* *nangis darah*

Karena peristiwa mecahin asbak itulah akhirnya kita bertiga jadi terkenal seketika di kedai 24, sampe-sampe ada yang nitip salam ke gue! Maaaakkkk APA BANGET! -___-"

Anda

Saya bingung dengan anda. Dahulu saat segalanya tidak memakai hati, saya dan anda menjadi teman yang sangat mengasyikan. Lalu kini? Berubah…

Saya bingung dengan anda. Saat bertemu, anda bilang anda sangat merindukan saya. SANGAT. Lalu anda memeluk saya, mengusap kepala saya, lalu mencium kening saya. Tetapi ketika tidak bertemu, kata rindu saja tidak anda lontarkan. Saya mengucapkan seribu kali pun tidak ada tanggapan baik dari anda.

Saya bingung dengan anda. Anda bilang, anda terima saya apa adanya tapi lalu mengomentari diri saya. Padahal sekalipun saya tidak pernah mengomentari anda.

Saya bingung dengan anda. Anda seperti bunglon yang senantiasa berubah bila berpindah tempat.

Saya ingin bertanya kepada anda, sampai kapan anda seperti ini? Kapan anda akan berubah menjadi dewasa? Menjadi pribadi yang tidak selalu berubah.